The Map is Not the Territory
Solo
Exibhition by Dey Irfan
gambar : Suar Art Space instagram
Pada tanggal 13 Desember salah satu karya
Dey Irfan “Betonkan Mimpimu (Dreams of Concrete) di pamerkan di Suar Artspace .Karya dalam bentuk instalasi ini menarik saya kembali ke masa lalu. Lewat
instalasinya Dey Irfan meggambarkan rumah yang tertata secara vertikal serta pot
mangkuek dan gelas (Dey Irfan memilih benda – benda yang lekat dengan rumah) berisi
tumbuhan ilalang. Diatas objek ini digantungkan kain bergambar bunga dan bunga
asli didalamnya. Pertama kali saya melihat instalasi ini mata saya tak henti
menerka arti dari susunan yang ada. Setiap objeknya memiliki arti yang berbeda tapi
satu. Semua hal ini melambangkan impian, rumah yang distrecth melambangkan
harapan yang menggebu dari perantau, impian yang selalu naik keatas. Sedangkan
Ilalang menggambarkan konsidi dari orang – orang ini. Tumbuhan ini sering kita
lihat tumbuh tak ditempatnya begitupun pendatang baru, berasal dari berbagai
daerah dan berusaha bertumbuh dengan “pot” bawaan memenuhi Ibu Kota. Topik yang
menyinggung perantau daerah ini menggambarkan saya 5 tahun yang lalu.
gambar : Suar Art Space instagram
gambar : Suar Art Space instagram
Dirangkum dengan gambar rumah karya instalasi
dari Dey Irfan, visi saya dan oknum yang memenuhi kota tersirat dengan indah. Pesannya
Soal mimpi ini ternyata berasal dari pengalaman hidupnya, sempat tinggal di Amerika
dan Singapura. Melalui gayanya yang
minimalis dengan sentuhan kolase karya
ini terlihat sangat menarik. Imajinasinya dalam mengeksekusi karya tak dibatasi
dengan satu media, sering kali Dey Irfan menggabungkan embroidery,graphite,
akrilik dan terus berkembang. Laki – laki lulusan Lasalle College of the Arts ini
melihat advantage tinggal di indonesia untuk berkarya karena tingkat eksplorasi
yang tinggi tidak terhambat living cost.
gambar : Suar Art Space instagram
Belajar beradaptasi di kultur baru demi
menggapai visi tak semudah yang kita kira. I
adore how he and his work relate, hal itu menunjukkan kredibilitas seorang
seniman. Salah satu objek dalam instalasinya Mangkok ayam jago digunakan
menjadi wadah salah satu ilalang yang berarti pendatang. Alasan mangkok ini
ternyata masih mengusung konsep rumah, tempat ini melambangkan “tempat tinggal”
yang dibawa oleh orang – orang ini. Kultur yang melekat dari daerah asal,
kadang terlihat dari mother tounge dari
tiap individu. Tak hanya itu ia juga menunjukkan fakta pahit dari mimpi. Kain
yang bergambar bunga merekah berwarna lavender, menyejukkan mata. Ternyata
memiliki arti tersembunyi, keindahan bunga di kain pasti tidak akan berubah
sama dengan semangat dari harapan kita tampaknya indah dan tak pernah berubah.
Namun apabila kita melihat diantara kain ini tergantung ikatan bunga asli,
disinilah fakta berbicara. Bunga memang cantik dengan warnanya namun tumbuhan
dapat layu dan akhirnya rusak, begitupun harapan kita indah diawal tapi untuk
bertahan there’s no easy way. Untuk
melawan fakta yang ada tak seperti membalikan telapak tangan.
Banyak Karyanya lain juga mengkritik budaya
kita di abad ke 21 ini, misal soal kecanduan seseorang dengan dunia maya. Kebiasaan
ini seolah mengurung kita, padahal tidak juga. Lewat karya berjudul “The Enclosure
is not habitat” memperlihatkan hal itu. Adapaun Gabungan foto dengan embroidery
serta cat akrilik berwarna terang menarik mata saya, arti dibalik karyanya begitu
indah menggambarkan serba serbi nilai perkotaan. Sebagai penikmat seni tanggal
13 di Suar Art Space saya mendalami pola pikir dan teknik yang perfect dari seorang Dey Irfan.
Berikut beberapa karya lain yang dipamerkan di Suart Artspace oleh Dey Irfan
Gambar: diambil dari http://www.saatchiart.com/deyirfan
Gambar: diambil dari http://www.saatchiart.com/deyirfan
Gambar: diambil dari http://www.saatchiart.com/deyirfan
Gambar: diambil dari http://www.saatchiart.com/deyirfan
No comments:
Post a Comment