Friday, April 1, 2016

My Life Project


“Mau jadi apa kalo besar ?”
“Jadi Orang.”
Ada saat dimana semua orang berpikir keras karena pertanyaan sesimpel ini, tidak mudah menjadi sesuatu kalau kita belum tahu passion kita. Malu rasanya jika kita banyak cakap didepan orang visi kedepan tapi didalam diri kita isinya kosong (masih bingung), maka sayapun memulai perjalanan mencari “Jadi orang” versi saya itu seperti apa.
Yap! Dulu sempat mengambil keputusan yang risky saat kelulusan SMP, saya memilih smk karena saya saat itu tidak nyaman dengan sma (ini bukan karena malas, tapi dari dulu saya selalu berpikir practical) akhirnya smk menjadi pilihan terakhir. Sempat banyak yang tidak setuju karena mayoritas orang berpikir i deserve better apalagi dengan pemikiran miring soal sekolah kejuruan, but heart want what it wants saya pun berhasil masuk jurusan multimedia. Itulah awal saya menjalani yang saya suka, passion mendorong saya untuk meraih sesuatu yang jelas dan mencari info soal dunia visual.
Berikut beberapa info yang bisa saya berikan (beberapa mungkin kalian sudah tau) :


3. www.pinterest.com

Outcome dari kecintaan saya ini membuat saya memilih DKV (Desain Komunikasi Visual) saat kuliah. Mencari tipe karya dan juga kadang mencari blog mahasiswa DKV yang membahas hari – harinya. Seru membayangkan setiap hari bisa berhayal dan menuangkan aspirasi ke tugas yang ada.
I love what i choose mulai dari kelas nirmana, tipografi, layout, dan fotografi. Saya suka mempelajari hal yang walaupun i’m not that good apalagi soal crafting dan drawing. Pernah ada tugas nirmana saat semester 2 saya diminta menggabungkan beberapa media (cotton bud dengan cat). Milik saya buruk sekali padahal rencanananya saya ingin membuat semacam gelombang laut dengan gradasi warna pastel (kuning, ungu, merah,dan oranye) akhirnya hasilnya terlihat asal - asalan karena tragedi mengeringkan ujung cotton bud di microwave, so guys sometimes creativity needs a rule.
Berikut tips yang bisa saya bagikan untuk kalian yang mau masuk DKV.
  1. TIME MANAGEMENT
Klise tapi penting, pasti sering lah kalian tau soal anak DKV pasti begadang. Memang bisa tapi kalau alasan kita karena manajemen waktu yang buruk akhirnya tugas terbengkalai sih itu salah kita ya. Be wise, setelah lulus dari kampus kalian langsung masuk THE REAL WORLD tidak ada waktu untuk menunda yang tidak penting. Banyak caranya ada aplikasi smartphone (salah satu favorit saya any do apps di google) jangan ada alasan selalu liat keatas kalau mau belajar (orang yang lebih baik).
  1. FINDING REAL BEST FRIEND
Sahabat, dari awal kalian masuk langsung carilah teman - teman yang pas dan sevisi dengan anda. You can be friends with anyone but can’t be bestfriend kan, dari sini dapat terlihat lingkaran pertemanan anda. Inilah yang mempengaruhi cara kerja dan pola pikir, belajarlah dari semua orang.
  1. REFERENCE
Jangan cari referensi di mbah google kalau tidak tau benar keyword yang dicari. Lebih cari di behance, kreavi, majalah kinfolk/WAD/frankie tergantung kalian lebih tertarik dimana (datang ke periplus atau toko buku kinokuniya) dan baca buku luar ataupun dalam negeri. Berkecimpung didalam dunia seni bukan berarti tidak ada baca buku, kita perlu belajar sejarah desain ataupun kehidupan manusia untuk menghasilkan karya atau produk yang penuh makna. Ada satu buku  “Desain Grafis Indonesia dalam Pusaran Desain Grafis Dunia”
  1. PORTOFOLIO
Kalau mau jadi desainer harus ada buktinya, so make everything really worthed. Buatlah karya atau apapun sesuai passion kamu (everybody is unique so embrace it) :)


AND THE MOST IMPORTANT THING LET PEOPLE KNOW WHAT YOU DO, DON’T HIDE IT
Kalian harus punya panutan di bidang ini, harus tau circle pertemanannya dan berani mengenalkan diri (let them know your shine). Hal ini saya pelajari ketika mengerjakan The Blixt Project (pameran fotografi yang dibentuk Atreyu Moniaga), saat itu saya dipercaya menjadi Project Manager dan selama itu saya melihat these kids (keenam member BLIXTers ) have guts. Mereka datang ke pameran foto ataupun illustrasi dan menunjukkan karya mereka yang akan masuk ke project ini. In life you have to take risk, and thats what they do. Doing what you love need consitency and hardwork, apakah anda mau jadi biasa - biasa saja di bidang yang pas.
My father always say
Be someone don’t be the follower
Pasti diantara kalian akan bertanya, “ ini banyak cincong mana karya dia ?”
Well sekarang saya belum bisa cerita, tapi sekarang masih onprogress menunjukkan apa yang saya cinta secara spesifik saat ini ke orang - orang yang tepat. Apakah sekarang saya seorang desainer karena sempat saya mention kencintaan soal dunia visual (sebenarnya tidak juga), sampai saat ini saya belum bisa mentitled diri saya karena perlu integritas dan ketegasan untuk benar - benar memilih . Pastinya disini saya ingin sharing perlunya kita mencari passion yang pas, jangan gampang pilih jurusan karena teman (jadilah dirimu sendiri, jangan terlalu bergantung pada opini orang).

Friday, January 1, 2016


The Map is Not the Territory  
Solo Exibhition by Dey Irfan

gambar : Suar Art Space instagram





Pada tanggal 13 Desember salah satu karya Dey Irfan “Betonkan Mimpimu (Dreams of Concrete) di pamerkan di Suar Artspace .Karya dalam bentuk instalasi ini menarik saya kembali ke masa lalu. Lewat instalasinya Dey Irfan meggambarkan rumah yang tertata secara vertikal serta pot mangkuek dan gelas (Dey Irfan memilih benda – benda yang lekat dengan rumah) berisi tumbuhan ilalang. Diatas objek ini digantungkan kain bergambar bunga dan bunga asli didalamnya. Pertama kali saya melihat instalasi ini mata saya tak henti menerka arti dari susunan yang ada. Setiap objeknya memiliki arti yang berbeda tapi satu. Semua hal ini melambangkan impian, rumah yang distrecth melambangkan harapan yang menggebu dari perantau, impian yang selalu naik keatas. Sedangkan Ilalang menggambarkan konsidi dari orang – orang ini. Tumbuhan ini sering kita lihat tumbuh tak ditempatnya begitupun pendatang baru, berasal dari berbagai daerah dan berusaha bertumbuh dengan “pot” bawaan memenuhi Ibu Kota. Topik yang menyinggung perantau daerah ini menggambarkan saya 5 tahun yang lalu.
gambar : Suar Art Space instagram

 Harapan rumah sebagai simbol kenyamanan dan tempat tinggal keluarga sudah bergeser maknanya. Ambisi kita menjadi tolak ukur kesuksesan. Tempat tinggal yang megah dan terlihat berkecukupan,  seolah membuat orang menjadi bahagia,stabil dan aman padahal tidak juga. Mampu bermukim di Ibu kota pun menjadi impian banyak orang,  rasa prestise yang ditawarkan pusat kota tampak menggiurkan. Memiliki rumah di pusat kota menunjukkan tingkat keberhasilan individu tersebut. Begitupun saya, semua angan ini dibawa keluarga saya untuk direalisasikan di Kota Madya. Tak dipungkiri hal ini membuat Jakarta penuh , tampak semrawut. Dengan semangat yang sama banyak orang datang dan berusaha mencari peruntungan di Kota Madya, namun tidak semuanya berhasil.

gambar : Suar Art Space instagram


Dirangkum dengan gambar rumah karya instalasi dari Dey Irfan, visi saya dan oknum yang memenuhi kota tersirat dengan indah. Pesannya Soal mimpi ini ternyata berasal dari pengalaman hidupnya, sempat tinggal di Amerika dan Singapura.  Melalui gayanya yang minimalis dengan sentuhan kolase  karya ini terlihat sangat menarik. Imajinasinya dalam mengeksekusi karya tak dibatasi dengan satu media, sering kali Dey Irfan menggabungkan embroidery,graphite, akrilik dan terus berkembang. Laki – laki lulusan Lasalle College of the Arts ini melihat advantage tinggal di indonesia untuk berkarya karena tingkat eksplorasi yang tinggi tidak terhambat living cost.

gambar : Suar Art Space instagram


Belajar beradaptasi di kultur baru demi menggapai visi tak semudah yang kita kira. I adore how he and his work relate, hal itu menunjukkan kredibilitas seorang seniman. Salah satu objek dalam instalasinya Mangkok ayam jago digunakan menjadi wadah salah satu ilalang yang berarti pendatang. Alasan mangkok ini ternyata masih mengusung konsep rumah, tempat ini melambangkan “tempat tinggal” yang dibawa oleh orang – orang ini. Kultur yang melekat dari daerah asal, kadang terlihat dari mother tounge dari tiap individu. Tak hanya itu ia juga menunjukkan fakta pahit dari mimpi. Kain yang bergambar bunga merekah berwarna lavender, menyejukkan mata. Ternyata memiliki arti tersembunyi, keindahan bunga di kain pasti tidak akan berubah sama dengan semangat dari harapan kita tampaknya indah dan tak pernah berubah. Namun apabila kita melihat diantara kain ini tergantung ikatan bunga asli, disinilah fakta berbicara. Bunga memang cantik dengan warnanya namun tumbuhan dapat layu dan akhirnya rusak, begitupun harapan kita indah diawal tapi untuk bertahan there’s no easy way. Untuk melawan fakta yang ada tak seperti membalikan telapak tangan.






Banyak Karyanya lain juga mengkritik budaya kita di abad ke 21 ini, misal soal kecanduan seseorang dengan dunia maya. Kebiasaan ini seolah mengurung kita, padahal tidak juga. Lewat karya berjudul “The Enclosure is not habitat” memperlihatkan hal itu. Adapaun Gabungan foto dengan embroidery serta cat akrilik berwarna terang menarik mata saya, arti dibalik karyanya begitu indah menggambarkan serba serbi nilai perkotaan. Sebagai penikmat seni tanggal 13 di Suar Art Space saya mendalami pola pikir dan teknik yang perfect dari seorang Dey Irfan.

Berikut beberapa karya lain yang  dipamerkan di Suart Artspace oleh Dey Irfan

    Gambar: diambil dari http://www.saatchiart.com/deyirfan



     Gambar: diambil dari http://www.saatchiart.com/deyirfan


    Gambar: diambil dari http://www.saatchiart.com/deyirfan

    Gambar: diambil dari http://www.saatchiart.com/deyirfan


Tuesday, November 24, 2015

A Midsummer Night’s Dream by Sebastian Gunawan




Mendengar judul fashion show kali ini kita pasti teringat dengan cerita karya William Shakespeare tentang kisah cinta  segiempat antara Hermia, Lysander, Helena, dan Demetrius di Hutan Peri Raja Oberon dan Ratu Titania. Dengan cerita cinta yang rumit dengan sedikit sentuhan komedi ini saya berpikir bagaimana seorang Maestro seperti Sebastian Gunawan memvisualisasikan karya Shakespeare ini menjadi nyata. Saya mulai mereka – reka dalam hati bagaimana detil kisah ini hidup menjadi satu pakaian yang merangkum kisah cinta ini.




Pada tanggal 19 November 2015 lalu di Ciputra Artpreneur Galerry, Jakarta rasa penasaran saya pun terjawab. Ternyata Sebastian Gunawan dan Christina Panarese lebih menekankan ke kejadian di hutan enchanted dengan kisah cinta sepasang manusia yang digoda oleh peri – peri. Maka dari itu mulai latar panggung ditata sedimikian rupa seperti hutan enchated. Visualisanya berhasil dengan sangat baik, terasa sesaat saya masuk ke venue saya terpana dengan tataan panggung dengan pohon dan bunga yang ditata dengan lampu – lampu yang menghiasi ruangan membuat saya merasa ada didalam hutan peri Ratu Titania dan Raja Oberon.

    (sumber : www.weddingku.com)

Saat saya hanyut dalam kekaguman  alunan lagu loving you minnie riperton mulai mengalun dengan lembut diiringi suara kicauan burung. Lalu mulai satu persatu model yang disulap menjadi peri – peri hutan pun berjalan.Tak hanya itu 80 busana koleksi dari rancangan lini utama Seba yang terdiri dari gaun-gaun cocktail hingga gaun malam panjang ini menunjukkan detil hutan dalam setiap busananya dengan yang juga terinspirasi dari Marie Antoinette 1780-an dan glamoritas tahun 1950-an. Seba menggabungkan segalanya menjadi kesatuan visual yang tampak indah, elegan, dan modern.

       (sumber : www.weddingku.com)

    (sumber : cnn indonesia)
  

   (sumber : tribunnews)
   
Alur peragaan baju yang diawali dengan dress bernuansa putih dan kuning Di sekuen awal menandakan warna pagi hari di hutan magis ini, Seba menampilkan indahnya pagi dengan dress-dress bernuansa putih dan kuning. Terusan dengan manik berkilauan dihadirkan dalam berbagai potongan khas berlenggan di panggung fashion show misalnya peplum, cape, serta berstruktur. Busana dengan cape terlihat sungguh elegan dan anggun bahannya mengalir seperti air, feel dari busana ini sangat kuat dan feminism model berjalan seakan menggoda penonton dengan keindahan baju ini seperti saat kita ada dalam hutan tersihir dengan keindahan alam hal ini terjadi dalam hitungan detik ketika saya melihat karya Maestro ini.  Adapun aksen tumpukan ruffle dan lipit yang menambah femininitas.

                          (sumber : okezone)
                        
   



Diikuti dengan gaya warna yang lebih dramatis gaun – gaun berwarna emas dengan ruffle serta lipat seakan menandakan suasana hutan yang pada sore hari. Detil kayu yang dibuat dengan bahan motif berserat dengan dipotong secara lasercut Selanjutnya ‎gaun berwarna emas dengan detail ruffle serta lipat yang lebih rumit ditampilkan. Kerlap kerlip busana yang merupakan visualisasi dari kunang – kunang terlihat hidup di busana – busana ini.

   (sumber : www.glitzmedia.com)
Seakan Seba tak cukup membuat saya berdecak kagum muncullah baju deng an material transparan bernuansa pink Jika sebelumnya Seba banyak bermain dengan material tebal bertekstur, ‎selanjutnya ia banyak menggunakan material transparan bernuansa pink. Bahan chiffon, organdi, sutera, hingga taffeta banyak permainan tekuk yang mewakili bentuk dedaunan dan kelopak bunga yang mengembang. Feel dari cerita shakespears dihutan ini semakin terasa magisnya. Sambil menikmati visual yang indah saya berpikir Sebastian Gunawan berhasil membuat karya ini seperti sebuah keajaiban alam, jika kita ingat hutan itu sangat rumit dengan tumbuhan – tumbuhan dan segalanya tumbuh tanpa kita sadari dan terlihat menjadi satu kesatuan visual yang apik tapi di mata kita kerumitannya terlihat begitu simple itulah yang Seba lakukan dengan lininya kali ini.

   (sumber : www.glitzmedia.com)
    (sumber : cnn indonesia)

Seba menutup peragaan dengan menampilkan nuansa malam. ‎Kali ini, bahkan hadir sebuah jumpsuit warna hitam dengan ikat pinggang manik berkilauan. Adapun opsi jumpsuit yang ditampilkan dengan aksen peplum. Sementara gaun hitam dengan material bercorak cukup banyak ditampilkan dengan siluet ball gown.

   (sumber : beritasatu )


Secara live detil yang saya deskripsikan sungguh terlihat effortless dan indah busana hautte couture karya Sebastian gunawan ini berhasil menampilkan tak hanya cerita , visual, keindahan,dan kualitas handcraft yang tinggi disaat yang bersamaan. Karya Sebastian gunawan ini memang layak dihargai Asian Couture Federation karena ia pantas menyandang predikat sebagai couturier atau perancang adibusana karena konsistensi Seba dalam merancang selama lebih dari dua dekade, ditambah teknik jahit dan inovasi mode.






Sunday, November 1, 2015






Inktober at Conclave


Selamat Pagii,
Ini cara saya menyapa kalian semua dipagi yang indah ini : ) . Inktober Indonesia baru – baru ini mengadakan acara pameran yang berisikan 33 seniman muda dengan karya hitam putih mereka yang dibuat di bulan oktober. Opening pameran diadakan di Conclave yang berada di jl. wijaya 1 no 5c daerah Jakarta Selatan. Conclave adalah  coworking space yang diubah menjadi tempat pameran, saya sangat suka suasana ruangan yang didominasi dengan kayu – kayu terasa sangat hangat dan ramah serta ruangan yang didukung dengan lampu kuning membuat semuanya semakin sempurna. Acara dimulai dari jam 7 hingga jam 9 pada hari sabtu 31 Oktober, sesampainya saya disana dengan dresscode hitam putih saya segera meresapi keberadaan saya karya – karya disekitar saya dan ruangan conclave sendiri. Sempat saya menyendiri karena lingkungan yang terasa asing dan penuh, tak lama saya segera mengambil minum dan bertemu dengan dua teman saya wilhemus dan Mutiara, kami berbincang – bincang sebentar soal lokasi dan keadaan sembari saya mengambil minum yang disediakan. Hampir saja saya mengambil bir bintang karena asyik bercanda ,namun segera saya ganti ke coca cola karena badan saya sedikit payah dengan minuman yang berlabel bir hahahaha. Tak lama saya mencoba kembali menikmati karya – karya yang terpilih , sungguh luar biasa seniman – seniman ini detail dalam menggambarkan karyanya bermodalkan warna hitam dan putih setiap seniman memiliki identitas dan caranya masing – masing dalam berkarya.

 Selama saya tenggelam dalam menikmati karya mereka saya pun bertemu dengan Rovliene Kalunsinge teman saya dikampus yang karyanya masuk dalam kurasi Inktober Indonesia. Saya segera mengajak ia berbincang dan melihat karyanya yang dipajang rapih diatas meja kayu, sebenarnya saya sangat menyukai pesan yang disampaikan oleh Rovliene lewat gambarnya. Perempuan itu smart, tangguh , serta independen walaupun kadang banyak stempel yang menganggap perempuan itu lemah namun dibalik itu jika dipahami perempuan lebih dari itu. 
                                     
Karya Rovliene dengan sempurna menangkap arti perempuan yang mempunyai bakat keibuan yang mengayomi orang, lembut,dan kuat disaat bersamaan. Sambil mengabadikan karya Rovliene saya menyapa Kak Atrey yang saat itu sedang berbincang – bincang dengan kawan – kawannya. Tak disangka saya bertemu dengan seorang Ryan Tandya seorang Fotografer yang berasal dari Surabaya dan memiliki portofolio yang luarbiasa. Sayapun juga bertemu dengan Visual Art Duo The Mbamoe Vectory yang salah satu design yang saya sukai adalah personal businesscard yang dapat menyala dalam gelap. Saya sangat tertarik dengan konsep dari businesscard ini, soal stereotype orang terhadap desainer dan perkerja kreatif yang bekerja setelah tengah malam. Sayangnya saya tak banyak berkutik dan hari itu saya menyimpan kekaguman saya kepada orang – orang luarbiasa ini didalam hati saya. Disana saya juga bertemu dengan Kak Sunny Gho seorang illustrator terkenal yang mendirikan Stellar dan memiliki portofolio sebagai Coloring Artist untuk cover comic Marvel. Saya dengan Blixters berusaha mendekati Kak Sunny Gho ini untuk mencari ilmu dan berkenalan. Sembari melihat karya – karya senimanzkami memaberanikan diri untuk berbicara dan berkenalan. Kak Sunny Gho sungguh luarbiasa ia mau memberikan waktunya untuk sharing dan mereview karya anak – anak blixt. Saya segera mengeluarkan catatan untuk mencatatat apapun yang Kak Sunny sampaikan. Sunny Gho berkata salah satu cara agar karya kita berhasil tak hanya terletak pada skill tapi message karyanya. Pesan membedakan seniman satu dengan yang lain. 

                                      

Friday, October 30, 2015

Jakarta Fashion Week


Jalanan by Patrick Owen 


Kali ketiganya desainer Patrick Owen berkerja sama dengan Korean Cultural Center lewat label 
Soulpot Studio yang berasal dari korea. Pertukaran budaya Indonesia dengan Kstyle ini merupak tantangan yang menarik untuk Patrick Owen.  



Kata jalanan pastinya identik dengan street style, segmen fashion yang sedang populer dikalangan anak muda. Fashion ini menunjukkan budaya dan pemikiran kotanya, that’s why if we dig deeper you know every town have different style. Patrick Owen masuk kedalam imajinasinya untuk merepresentasikan Indonesia Street Style, observasinya ke ibukota indonesia dimainkan dengan apik. "Kota Jakarta mempunyai jalanan yang sangat sibuk. Kita bisa menemukan salah satu karakter yang membangkitkan minat agar kita lebih dekat," kata Patrick Owen.  Hal – hal umum yang kita lihat sehari – hari seolah diubah menjadi suatu artform. Ia pun bereksplorasi menggunakan kemampuan artistiknya, membayangkan kalau saja abang bajaj mengenakan setelan jas, mbok jamu menggunakan topi velvet yang manis, dan abang ojek mengenakan kemeja dengan gaya yang 'liar'. Lewat imajinasinya ia mewujudkan perubahan gaya kaum urban ini menjadi sekelas internasional.






Tak cukup budaya lokal ,gedung khas indonesia ia tampilkan dalam visual bajunya. Menunjukkan budaya arif yang melekat di memori ibu kota, terlihat dari beberapa motif cetak bergambar Museum Fatahilla yang terletak di Kota Tua. Pilihannya seolah merevitalisasi pikiran umum soal jakarta kota, daerah bersejarah yang saat ini terlihat kumuh dan berantakan karena pedagang kaki lima yang bermukim di sekitar bangunan bersejarah ini. Pemikirannya tanpa sadar merubah visual yang sudah berantakan. Gedung – gedung tua digambarkan dengan elegan seolah kembali jaya seperti masanya. Keberhasilannya dalam mengeksekusi pandangangannya dibantu oleh dua illustrator asal indonesia Emte dan Tatiana Romanova, kolaborasi antara desainer dan illustrator ini tampak ‘liar ’ dan edgy. Kolase illustrasi gambar penjual jamu yang merupakan salah satu referensinya untuk Fashion jalanan terpampang dalam signature style Patrick Owen yang unisex. Kolaborasinya dengan dua ilustrator ini tampak indah dengan abstract human figures dan text.


Fotografi: Herry Ananta untuk www.style.com
Fotografi: Herry Ananta untuk www.style.com

Fotografi: Herry Ananta untuk www.style.com

Fotografi: Herry Ananta untuk www.style.com


    (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Gaya yang  androgini khas desainer ini terlihat di lini dress hitam yang mengawali peragaannya.Beberapa busana yang ia padukan bahan transparan lalu ia menempatkan embroideries yang pas dengan mini spaghetti strap dress dengan motif cetak bergambar tangan di bagian dada dan gambar bunga di bagian bawah,beberapa juga dengan teknik dekonstruktif dan potongan low cut. Bahan denim yang terlihat di runway mewarnai gaya Patrick Owen yang edgy.


    Foto: Herman Zakharia - Liputan6.com

Acak tapi rapih caranya untuk  melengkapi tampilan masyarakat urban yang tergambar di benaknya itu, Patrick menggunakan aksesoris seperti topi, kaos kaki, dan sandal selop. Juga beberapa kaca mata berframe bulat dengan tatanan rambut berwarna menyala. Sepanjang acara alunan lagu dengan beat yang cepat menemani karyanya ini. Baju yang ditampilkan seolah membuat pemakainya naik kelas, tetap classy dan idealis disaat yang bersamaan. Saya menikmati potongan baju dan warna warni hairdo yang unik dan mencolok. Menurut saya Patrick Owen berhasil membuat 'Jalanan' Jakarta versinya sendiri. Pendapat saya ini sempat saya kemukakan dengan Mas Luthfie pemilik Jakarta Vintage yang saya temui dengan Atreyu Moniaga setelah JFW 2016, soal cara Patrick Owen menampilkan karya fiercely beautifull. Cutting baju dan bahan - bahannya menyatu dengan solid, and can change someone image with this piece. Such a great day with full of inspiration. Thank you 





foto : Janeeve Timora dan Owner Jakarta Vintage
.